Bachelor of Craft Textile and Fashion Telkom University

Community Service

Jan
16

Pelatihan Pola Busana Muslim Wanita dan Aplikasi Imbuh untuk Kelompok Usaha Mawar 15, Kp. Sodong, Kab.Bandung Barat.

Pada bulan Oktober sampai dengan November 2018, Program Kriya Tekstil dan Mode, Diwakili oleh Dosen Pola dan Adibusana serta mahasiswa melakukan kegiatan pengabdian masyarakat berupa Pelatihan Pola Busana Muslim Wanita dan Aplikasi Imbuh untuk Kelompok Usaha Mawar 15, Kp. Sodong, Kab.Bandung Barat. Kelompok Usaha Mawar 15 merupakan sebuah kelompok usaha yang dibentuk oleh ibu ibu rumah tangga di sekitar area tersebut, dan diketuai oleh Ibu Etty Rusmiati sebagai pengelola kelompok usaha tersebut. Salah satu kegiatan rutinyang dilakukan oleh kelompok usaha Mawar 15 adalah menerima pesanan untuk pembuatan suvenir berupa tas lipat untuk institusi dan perorangan. Lebih lanjut, kelompok usaha ini turut menyediakan jasa membuat seragam berupa T-Shirt atau Polo Shirt dengan tambahan bordir atau sablon, bekerja sama dengan kelompok karang taruna setempat untuk pembuatan bordir dan sablon. Kelompok Usaha Mawar 15, dengan potensi dan sumber daya yang telah ada, berniat mempelajari keterampilan baru, terutama melihat adanya potensi untuk menyediakan jasa pembuatan busana wanita dan anak anak untuk kebutuhan wisuda, pernikahan, dan seragam kegiatan bagi konsumen di lingkungan sekitar kelompok usaha tersebut. Berdasarkan pemaparan tersebut, maka bentuk pelatihan yang diberikan oleh kelompok pengabdian masyarakat Program Studi Kriya Tekstil dan Mode difokuskan kepada praktek pembuatan pola busana sederhana dan aplikasi imbuh yang telah disederhanakan, sehingga dapat diaplikasi dengan mudah oleh ibu-ibu kelompok usaha Mawar 15. Pelatihan yang telah dilaksanakan sebanyak empat (4) kali praktek tatap muka, dimulai dari pelatihan membuat pola busana dengan memanfaatkan bentuk geometris sederhana, sehingga penggunaan rumus pola busana menjadi tidak signifikan, kecuali untuk ukuran dasar wajib berupa lebar bahu, lebar dada, dan lebar pinggul serta panjang lengan. Pada proses ini, ibu-ibu peserta turut diberikan edukasi perihal metode pemotongan pola busana dengan konsep zero waste. Salah satu permasalahan Kelompok Usaha Mawar 15 adalah bagaimana mengelola limbah hasil pemotongan material tekstil yang umumnya hanya dibuang ke TPU. Lebih lanjut, penggunaan material tekstil menjadi kurang optimal sehingga mempengaruhi harga produksi untuk produk tas atau busana. Selain pelatihan mengenai proses pembuatan pola busana busana, sebagai tambahan ilmu, kelompok usaha Mawar 15 turut diajarkan bagaimana membuat aplikasi imbuh berupa aplikasi payet dan bahan lace sebagai pendukung estetika pada busana. Pada materi pelatihan ini, ibu-ibu peserta memanfaatkan material lace sederhana dan dikreasikan kembali dengan payet  sebagai aplikasi imbuh setelah busana selesai dibuat. Proses pelatihan yang berlangsung selama empat (4) minggu dibagi menjadi dua sesi yang mencakup pelatihan pola busana sederhana dengan teknik geometris dan metode pemotongan zero waste serta pelatihan aplikasi imbuh. Pelatihan dimulai dengan proses pembuatan pola busana sederhana dengan memanfaatkan bentuk geometris, kemudian  dilanjutkan dengan pendampingan proses penjahitan. Lebih lanjut, setelah proses penjahitan, busana kemudian diberikan aplikasi imbuh payet dan lace, yang telah dimodifikasi terlebih dahulu sebelum di aplikasikan pada busana dengan proses jahit manual (jahit manual). Diharapkan dengan adanya edukasi perihal metode zero waste dan pembuatan pola busana sederhana ini, Kelompok Usaha Mawar mampu menawarkan jasa pembuatan busana untuk seragam dan busana wisuda, ataupun busana hari raya dengan harga jual yang lebih terjangkau untuk konsumen di sekitar lingkungan tersebut. Lebih lanjut, untuk kedepannya kelompok usaha ini akan mempunyai rasa percaya diri untuk turut menawarkan pada brand-brand lokal untuk jasa makloon.

By bktm | Community Service . Event
DETAIL
Jan
16

Pengabdian Masyarakat Dosen dan Mahasiswa Prodi Kriya Tekstil dan Mode di Komunitas Rumah Pelangi, Baleendah

September 2018 menjadi hari yang menyenangkan bagi anak-anak di Komunitas Rumah Pelangi, Baleendah, Kabupaten Bandung. Pada bulan itu, anak-anak dari komunitas tersebut didatangi oleh kakak-kakak dari Kampus Telkom University, khususnya Program Studi Kriya Tekstil dan Mode (KTM). Bersama dengan dosen pembimbing nya, mahasiswa dari prodi KTM melaksanakan pengabdian masyarakat berupa pelatihan tekstil cetak sederhana. Pelatihan tersebut bertujuan untuk meningkatkan daya kreativitas anak-anak Rumah Pelangi agar dapat berkarya menggunakan teknik yang baru bagi mereka, sehingga tingkat keterampilan mereka juga dapat meningkat. Sebanyak kurang lebih 20 anak-anak yang berusia satu hingga 13 tahun ikut serta dalam kegiatan tersebut. Kegiatan dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok kecil dengan usia 1-6 tahun dan kelompok besar dari 7-13 tahun. Teknik yang diajarkan adalah berupa teknik cetak manual atau biasa disebut sebagai teknik sablon. Melalui teknik ini anak-anak berkarya menggunakan cat dan memanfaatkan bahan-bahan disekitar dengan membangun daya imajinasi mereka. Hasil dari pelatihan ini adalah berupa lembaran tekstil sederhana yang memiliki motif dari hasil cetak yang dimana lembaran tersebut dikemudian hari dapat dimanfaatkan untuk diaplikasikan menjadi sebuh produk fungsional. Selain itu kelekatan antara anak-anak dan mahasiswa membangun rasa simpati dan empati untuk memahami sesama. Mahasiswa yang berperan dalam kegiatan ini adalah mahasiswa dari himpunan mahasiswa Kriya, SERAT, terdiri dari tim mahasiswa yang menjadi tutor belajar teknik cetak. Mahasiswa yang berperan sudah mendapatkan keilmuan tekstil cetak tersebut dibangku kuliah, sehingga mereka dapat menerapkan keilmuan mereka dengan baik. Melalui pelatihan ini anak-anak diharapkan mendapatkan ilmu berkarya sederhana yang dapat dipraktekkan dikehidupan sehari-hari, sehingga dapat bermanfaat dalam meningkatkan kreativitas anak-anak Rumah Pelangi.

DETAIL
Des
20

Dosen dan Mahasiswa dari Prodi Kriya di Universitas Telkom Melakukan Kegiatan Pengabdian Masyarakat kepada Para Penenun Tradisional di Tuban

Sangat menarik ketika kita berkunjung ke Tuban, Jawa Timur dan menyempatkan diri untuk mampir ke sentra kain tradisional yang terdapat di Kecamatan Kerek. Perlu menempuh perjalanan sekitar 1 jam menggunakan mobil dengan sepanjang perjalanan melihat pemandangan sawah tada hujan, kebun jagung, dan kebun kacang sambil sesekali melihat para petani melintas sambil besepeda membawa sayuran dan rerumputan. Tuban sendiri diketahui telah sejak lama memiliki tradisi membuat kain tradisional yang dikenal dengan sebutan tenun gedog.  Tradisi ini diperkirakan sudah ada sejak sekitar abad ke-10 sebagaimana disebutkan dalam prasasti Biluluk II di Jawa.  Hingga saat ini tradisi membuat kain tenun gedog tersebut pun masih dilakukan oleh sebagian masyarakat perajin di Tuban tanpa banyak mengalami perubahan bentuk. Desain kain yang diciptakan oleh para pengrajin tenun gedog di Tuban saat ini masih mempertahankan karakteristik tradisionalnya yang memiliki kesan sangat kuat menyerupai kain primitif. Pada perkembangannya tradisi membuat kain tradisional tersebut pun kini turut dituntut untuk memberikan kebaruan dan inovasi baik pada bentuk maupun nilai. Menyikapi hal tersebut, upaya-upaya pengembangan kain tenun gedog pun telah dilakukan oleh dosen dari Prodi Kriya, Fakultas Industri Kreatif, Universitas Telkom Fajar Ciptandi pada tahun 2018 dengan membuat 5 buah desain struktur tenun gedog yang baru.  Akan tetapi inovasi tersebut masih berhenti pada sketsa / gambar rancangan desain kain tenun gedog dan beberapa buah sampel kain yang dikerjakan pada skala labolatorium saja.  Masyarakat perajin tenun gedog sendiri sebagai ujung tombak dari pelaksana tradisi tersebut belum secara aktif terlibat dalam mewujudkan inovasi tersebut. Melihat belum tepat sasarannya inovasi pada kain tenun gedog tersebut, maka tim dari prodi Kriya, Fakultas Industri Kreatif, Universitas Telkom yang terdiri dari dosen dan mahasiswa pun berinisiatif untuk melaksanakan kegiatan pengabdian masyarakat untuk meningkatkan keterampilan para pengrajin di Kerek tersebut agar mampu mewujudkan inovasi kain tenun gedog tersebut pada skala terpakai. Kegiatan pengabdian masyarakat ini terealisasi pada tanggal 19 dan 20 Oktober 2018 dengan tempat pelaksanaan workshop peningkatan keterampilan menenun gedog dengan para pengrajin dilaksanakan di workshop batik gedog Lestari Art, Dusun Kedungrejo, Kecamatan kerek, Kabupaten Tuban, Jawa Timur. Pengabdian masyarakat ini dilakukan dengan pendekatan eksperimentatif melalui berbagai percobaan untuk memberikan pendampingan kepada masyarakat perajin tenun gedog tradisional di Tuban.  Cara ini dilakukan dengan memberikan penugasan eksperimen kepada perajin tenun gedog dengan cara dikomunikasikan kepada masyarakat pengrajin hingga dapat menerima gagasan dan teknologi tersebut ke dalam tradisi mereka dengan mengelompokkan berdasarkan level keterampilannya, yaitu : inovator (mahir) dan pengadopsi awal (pengikut); serta dikelompokan pula berdasarkan level usianya, yaitu : usia muda antara 18 sampai 30 tahun, usia paruh baya antara 35 sampai 45 tahun, dan usia di atas 50 tahun.  Masing-masing kelompok level usia tersebut akan diberikan perlakuan yang sama agar menerapkan konsep desain yang telah diberikan dengan bertumpu kepada keterampilan, pengetahuan dan motivasi yang mereka miliki. Melalui kegiatan eksperimen tersebut telah menghasilkan beberapa sampel prototipe yang dapat diambil kesimpulan bahwa masyarakat pengrajin tenun gedog di Tuban memiliki kemampuan adaptasi yang baik dalam merespon inovasi yang diberikan dari luar.  Adapun beberapa contoh prototipe berupa kain hasil pengembangan keterampilan menenun, sebagai berikut: Solusi kegiatan pengabdian masyarakat yang telah dijalankan dalam bentuk pendampingan desain kepada masyarakat perajin tenun gedog tradisional di Tuban ini telah mampu mentransfer pengetahuan berupa inovasi desain kain tenun gedog yang telah dihasilkan oleh peneliti sebelumnya kepada masyarakat penenun gedog tradisional di Tuban.  Dengan demikian wujud inovasi pada kain tenun gedog tersebut bukan lagi hanya berupa konsep dan wacana saja, melainkan telah sampai pada tingkat aplikasi langsung oleh masyarakat perajin di Tuban.  Secara tidak langsung apa yang dilakukan tersebut dapat mendorong peningkatan permintaan kain tenun gedog, sehingga mampu menghidupkan kembali aktifitas menenun di Tuban.

DETAIL