Pengabdian Masyarakat Prodi KTM Universitas Telkom: Pengembangan Modular Bunga Menjadi Arm Chain Sebagai Pelengkap Aksesoris Busana Modest Untuk Kelompok Ibu Rumah Tangga Kompleks Griya Saluyu
Berbicara mengenai proses kreatifitas, tidak hanya bisa dilakukan oleh pelaku – pelaku kreatif tapi kini bisa dilakukan oleh siapa saja, tidak menutup kemungkinan misalnya bisa dilakukan oleh seorang ibu rumah tangga sekalipun. Dimana seorang ibu rumah tangga yang memiliki waktu luang yang lebih banyak sehingga menjadi salah satu alternatif solusi yang digunakan untuk mengisi kegiatan ibu rumah tangga yang tidak bekerja dengan mengasah kreatifitas dan pengetahuannya. Selain dapat membuat sesuatu untuk dirinya sendiri, hal ini dapat meningkatkan perekonomian dengan cara yang sederhana. Dalam prosesnya, ibu rumah tangga yang memiliki waktu senggang membutuhkan cara, referensi dan edukasi dalam menemukan kreasi baru untuk membuat sebuah produk dengan nilai jual yang cukup baik. Pada pengabdian masyarakat yang dilakukan pada bulan Oktober 2019, dosen dan mahasiswa Program Studi S1 Kriya berkesempatan untuk mengajarkan kepada ibu rumah tangga kelompok PKK di Komplek Griya Saluyu, Bandung, keterampilan membuat aksesoris untuk busana muslim berupa arm chain. Arm chain merupakan salah satu aksesoris fesyen yang digunakan sebagai pelengkap atau penunjang dalam penampilan khususnya dibagian tangan. Dalam proses pembuatannya teknik dan material yang sederhana dapat mengasilkan sebuah aksesoris yang indah dan bernilai jual tinggi. Salah satu teknik sederhana yang dapat diaplikasikan diantaranya teknik layering, modular, burning dan bidding. Menggunakan material yang sederhana, keempat teknik tersebut dapat dilakukan secara individu, dengan komposisi dan pemanfaatan karakter kain, keempatnya dapat dikombinasikan dan membentuk sebuah embellishments 3 Dimensi untuk aksesoris fesyen. Hal tersebut dapat menjadi salah satu alternatif solusi yang digunakan untuk mengisi kegiatan ibu rumah tangga yang tidak bekerja dengan mengasah kreatifitas dan pengetahuannya. Selain dapat membuat sesuatu untuk dirinya sendiri, hal ini dapat meningkatkan perekonomian dengan cara yang sederhana. Dalam hal ini pengabdian masyarakat ini dilakukan untuk memberikan pengenalan dan pendampingan dalam proses produksi aksesoris fesyen khususnya arm chain. Kegiatan ini diharapkan dapat memberi dampak baik wawasan, keterampilan, pertumbuhan ekonomi, serta keefektifan waktu. Serta dapat menjalankan proses transfer ilmu pada masyarakat secara akademisi. https://youtu.be/WLiV7GfbJgY
[:en]Pengabdian Masyarakat: Pengenalan Keterampilan Teknik Ikat Celup dan Daur Ulang Kertas Bekas Kepada Siswa-Siswi Sekolah Kita Rumpin[:]
[:en] Untuk adik-adik di Sekolah Kita Rumpin dari kami tim dosen KTM Pada tanggal 21-22 Februari 2015 lalu, tim dosen dan mahasiswa dari Kriya Tekstil dan Mode (KTM) Telkom University berkunjung ke Sekolah Kita Rumpin (SKR) dan menyelenggarakan sebuah workshop keterampilan bagi siswa-siswi SKR. Workshop ini diselenggarakan sebagai kerjasama antara Telkom University dan SKR dalam program Pengabdian Masyarakat. Selama dua hari, tim dosen dan mahasiswa didampingi kakak-kakak pengajar SKR, memperkenalkan serta mempraktekkan bersama-sama teknik ikat celup dan daur ulang kertas bekas dalam kelas prakarya Kak Gigi dan Kak Lia. Tim dosen yang hadir sebagai pemateri dan tutor, terdiri atas Ibu Widia Nur Utami, Ibu Citra Puspitasari, dan Ibu Morinta Rosandini, lalu dibantu oleh Farisah Husna serta Revin Chairani, mahasiswa KTM yang mengikuti kelas Sociopreneur. Mendengar kata ‘rumpin’, mungkin hal pertama yang terlintas adalah sebuah nama yang asing sekaligus catchy. Namun kata ‘rumpin’ sebenarnya diambil dari sebuah nama daerah di Kab. Bogor. Atau jika kita mendengar kata BSD City, daerah Rumpin tidak jauh dari sana. Bumi Serpong Damai (BSD City) adalah sebuah kota terencana yang sangat luas di daerah Tangerang dan berbatasan langsung dengan Kab. Bogor. Namun sayangnya, keadaan lingkungan di sekitar BSD City, masih cukup banyak yang bertolak belakang dengan kawasan urban ini, salah satunya adalah kampung Cibitung, Kec. Rumpin. Seperti yang dikutip dari website SKR, keadaan sosio-ekonomi di perkampungan seringkali membuat anak-anak menjadi kurang percaya diri dan malu ketika bertemu dengan orang baru. Hanya sedikit dari anak-anak di Rumpin yang sering keluar dari kampung Cibitung. Belum lagi anak-anak di Rumpin adalah korban sengketa tanah yang hingga saat ini tak kunjung selesai. Hal ini telah meninggalkan trauma dan keadaan ekonomi yang jauh dari mencukupi. Sekolah Kita Rumpin, merupakansekolah nonformal yang didirikanpada tanggal 10 Apriltahun 2012. Sekolah ini tentu berbeda dengan sekolah formal biasa. Mengutip dari website SKR, di sini tak ada kewajiban bagi pengajar membuat anak semakin pintar dan paham pelajaran sekolah di luar kepala. Tapi lebih dari itu, setiap pengajar di Sekolah Kita Rumpin wajib membuat peserta kelas bisa tertawa lepas dan gembira. Para pengajar juga wajib membantu anak-anak menjadi seorang pemberani yang percaya diri. Mengarahkan mereka menjadi anak kecil yang perasa dan mampu berempati pada teman atau keluarga di sebelahnya. Dan yang terakhir, membiasakan anak-anak berkolaborasi serta berinovasi bersama-sama. “Di Sekolah Kita Rumpin, kami percaya anak-anak adalah generasi penerus. Kami juga percaya bahwa ilmu yang kita punya akan memperoleh manfaat paling hakiki jika dibagi dengan mereka yang kehausan. Oleh karena itu, mari teman-teman sekalian turut serta bermain dan bergembira bersama di Sekolah Kita Rumpin.” Sejalan dengan semangat itu, kami ingin berbagi sedikit pengalaman serta informasi dari sisi bidang keilmuan yang kami tekuni. Mari kita bergembira bersama! Kami memilih teknik ikat celup dan daur ulang kertas sebagai materi utama dalam workshop keterampilan ini. Pertimbangan kami memilih kedua teknik ini adalah: Kemudahan dalam mempraktekkannya Hasil akhir yang menarik, karena dapat diekplorasi sesuka hati Kemudahan mendapatkan alat dan bahan sehingga dapat kembali dipraktekkan sendiri Sangat mungkin untuk dikembangkan lebih lanjut, hingga dijadikan produk bernilai ekonomi Peserta workshop berjumlah50 orang, yang terdiri atas siswa-siswi PAUD sebanyak 20 orang, SD kelas 1-6 sebanyak 23 orang, SMP sebanyak 6 orang, dan seorang siswi SMK. Mereka adalah anak-anak yang tinggal di Kec. Rumpin dan sekitarnya. Pada saat workshop berlangsung, kami membaginya dalam beberapa kelompok kecil yang masing-masing didampingi oleh seorang tutor. Tutor terdiri atas dosen, mahasiswa, juga beberapa kakak pengajar SKR. Pada hari pertama kami mengajak adik-adik SKR untuk belajar teknik dasar ikat celup dan mempraktekkannya secara sederhana pada selembar kain berukuran 50×50 cm. Di hari berikutnya, workshop dimulai sejak pagi hari dengan kembali mempraktekkan teknik ikat celup, namun pada media berbeda yaitu pada kaos. Pelaksanaan workshop di hari kedua jauh lebih seru karena adik-adik sudah mulai berani bereksperimen dengan teknik ikat celup. Dan selain itu ada materi workshop lanjutan yaitu daur ulang kertas bekas. Kami menggunakan koran bekas sebagai material utama pada workshop kedua ini, hasilnya adalah berupa kartu pos dari kertas bekas yang dihias dengan berbagai macam dedauan, bebungaan, atau rumput. Rencananya setelah kartu pos ini kering, akan digunakan untuk saling berkirim pesan kepada teman-teman di luar daerah Rumpin. Selama workshop berlangsung, kami berusaha memanfaatkan bahan-bahan alam dari lingkungan sekitar SKR, seperti batu, ranting, dedaunan, bebungaan, atau rumput, agar adik-adik dapat lebih kreatif dalam berkarya. Secara keseluruhan, workshop berjalan sangat lancar. Adik-adik dan kakak pengajar SKR sangat kooperatif dan antusias, sehingga semakin membuat kami bersemangat. Di akhir acara, kami bagikan beberapa material utama seperti pewarna kain dan beberapa lembar kain, agar adik-adik SKR dapat kembali mencoba teknik-teknik tersebut di rumah. Harapan kami, semoga dengan adanya workshop ini dapat melatih motorik halus adik-adik, melatih daya kerjasama dengan berkelompok, melatih kesabaran, serta memberikan pemahaman tentang warna dan pencampuran warna. Akhir kata, semoga ini akan menjadi awal dari workshop-workshop keterampilan lainnya bersama adik-adik SKR. Selain pengalaman, semoga informasi yang kami bagikan dapat bermanfaat di kemudian hari. Tetap semangat! Sampai jumpa lagi adik-adik Sekolah Kita Rumpin! Terima kasih kepada Kak Ana, Kak Gigi, Kak Lia, dan kakak-kakak pengajar Sekolah Kita Rumpin lainnya. Semoga semangat berbagi ini tidak pernah padam. Semangat! [:id] Untuk adik-adik di Sekolah Kita Rumpin dari kami tim dosen KTM. Pada tanggal 21-22 Februari 2015 lalu, tim dosen dan mahasiswa dari Kriya Tekstil dan Mode (KTM) Telkom University berkunjung ke Sekolah Kita Rumpin (SKR) dan menyelenggarakan sebuah workshop keterampilan bagi siswa-siswi SKR. Workshop ini diselenggarakan sebagai kerjasama antara Telkom University dan SKR dalam program Pengabdian Masyarakat. Selama dua hari, tim dosen dan mahasiswa didampingi kakak-kakak pengajar SKR, memperkenalkan serta mempraktekkan bersama-sama teknik ikat celup dan daur ulang kertas bekas dalam kelas prakarya Kak Gigi dan Kak Lia. Tim dosen yang hadir sebagai pemateri dan tutor, terdiri atas Ibu Widia Nur Utami, Ibu Citra Puspitasari, dan Ibu Morinta Rosandini, lalu dibantu oleh Farisah Husna serta Revin Chairani, mahasiswa KTM yang mengikuti kelas Sociopreneur. Mendengar kata ‘rumpin’, mungkin hal pertama yang terlintas adalah sebuah nama yang asing sekaligus catchy. Namun kata ‘rumpin’ sebenarnya diambil dari sebuah nama daerah di Kab. Bogor. Atau jika kita mendengar kata BSD City, daerah Rumpin tidak jauh dari sana. Bumi Serpong