Bachelor of Craft Textile and Fashion Telkom University

tenun

Sep
10

Menjelajahi Macam-Macam Kain Tenun : Keindahan dan Keberagaman Kriya Tekstil Indonesia

Setelah mempelajari apa itu menenun dan mengulik Sejarah menenun , saatnya kita menjelajahi berbagai macam kain tenun yang ada di Indonesia. Setiap jenis kain tenun punya cerita dan keunikan masing-masing yang mencerminkan budaya serta asal usul daerahnya. Tenun bukan hanya sekedar Teknik, tetapi bentuk kriya yang memancarkan keindahan dan kekayaan budaya. Pengertian Tenun Pengertian tenun secara sederhana adalah proses pembuatan kain dengan cara memasukkan benang pakan secara horizontal ke dalam benang lungsi yang ditata vertikal pada alat tenun. Teknik ini sudah ada sejak zaman dahulu kala dan menjadi salah satu warisan budaya yang diwariskan dari generasi ke generasi. Macam-Macam Kain Tenun Indonesia memiliki berbagai jenis kain tenun yang terkenal hingga mancanegara. Berikut adalah beberapa macam-macam kain tenun  yang menjadi kebanggaan Indonesia: 1. Tenun ikat Tenun ikat adalah salah satu jenis kain tenun yang paling populer. Kain tenun ini dihasilkan dengan cara mengikat benang lusi atau benang pakan sebelum proses pewarnaan, sehingga membentuk pola tertentu setelah diwarnai. Tenun ikat banyak ditemukan di daerah Nusa Tenggara, seperti Sumba dan Flores. Motif pada tenun ikat biasanya berhubungan dengan alam dan kepercayaan masyarakat setempat. 2. Tenun Songket Tenun songket merupakan kain tenun yang dihiasi dengan benang emas atau perak, memberikan kesan mewah dan elegan. Proses pembuatan tenun songket sangat rumit dan memerlukan waktu yang cukup lama. Kain tenun songket banyak dijumpai di Sumatera, khususnya di daerah Palembang dan Minangkabau. Tenun songket sering digunakan dalam acara-acara adat dan upacara keagamaan, sebagai simbol status sosial dan kemewahan. 3. Tenun Ulos Kain tenun ulos berasal dari suku Batak di Sumatera Utara. Ulos memiliki peran penting dalam berbagai upacara adat Batak, seperti pernikahan, kelahiran, dan kematian. Kain ini biasanya digunakan sebagai selendang atau penutup tubuh. Setiap jenis ulos memiliki makna yang berbeda-beda, tergantung dari motif dan warna yang digunakan. 4. Tenun Endek Tenun Endek berasal dari Bali dan memiliki keunikan pada motifnya yang dipengaruhi oleh budaya Hindu. Endek biasanya digunakan sebagai bahan untuk pakaian adat Bali, baik untuk pria maupun wanita. Proses pembuatan tenun endek mirip dengan tenun ikat, tetapi dengan variasi warna yang lebih beragam dan cerah. Keberagaman Kain Tenun Indonesia Keberagaman kain tenun Indonesia tidak hanya terletak pada motif dan teknik pembuatannya, tetapi juga pada fungsi dan makna yang terkandung di dalamnya. Kain tenun sering kali digunakan dalam berbagai upacara adat, sebagai simbol status sosial, atau sebagai barang warisan yang memiliki nilai sentimental tinggi. Setiap daerah memiliki cerita dan filosofi yang terkandung dalam setiap helai kain tenunnya. Misalnya, di Sumba, kain tenun ikat digunakan dalam upacara adat untuk menunjukkan status sosial seseorang, sementara di Bali, kain gringsing digunakan dalam upacara keagamaan sebagai penangkal roh jahat. Kain tenun dari Sulawesi, seperti tenun Toraja, sering kali menggambarkan cerita-cerita rakyat dan legenda setempat. Kesimpulan Kain tenun Indonesia adalah manifestasi dari keindahan dan keberagaman budaya Nusantara. Macam-macam kain tenun yang ada di Indonesia, seperti tenun ikat, songket, gringsing, dan ulos, tidak hanya indah secara visual tetapi juga sarat dengan makna dan sejarah. Kain tenun berasal dari berbagai daerah di Indonesia, masing-masing dengan teknik dan motif yang unik, yang menjadikannya sebagai salah satu warisan budaya yang harus dilestarikan.

DETAIL
Jan
20

Pengabdian Masyarakat Kolaborasi Internal dengan Mitra Startup Pendidikan “Binar Calistung”

PENGEMBANGAN LEARNING MEDIA KIT DAN ANALISIS DATA MEDIA SOSIAL UNTUK PENINGKATAN INOVASI PRODUK DAN PENINGKATAN LAYANAN KONSUMEN DI STARTUP PENDIDIKAN BINAR CALISTUNG Kepedulian orang tua untuk belajar cara mengajar semakin tinggi selepas pandemi Covid-19 terjadi, banyak orang tua akhirnya sadar bahwa tangggung jawab pendidikan anak ada pada diri mereka bukan sepenuhnya ada di sekolah. Oleh karena itu, pola pikir orang tua yang memiliki anak usia dini saat ini sudah berubah, mereka harus paham bagaimana cara mengajarkan anak di rumah. Binar Calistung hadir sebagai solusi kereshan orang tua saat ini. Binar Calistung merupakan start up pada bidang pendidikan yang saat ini sedang berkembang dalam upaya membantu orang tua anak usia dini dalam mempersiapkan anak-anak untuk siap membaca dan berhitung. Pada tahun 2021 Tim Abdimas Kolaborasi Internal yang teridiri dari 3 tim dari Fakultas Industri Kreatif, Fakultas Rekaya Industr, dan Fakultas Ilmu Terapan sudah membantu Binar Calistung dalam menciptakan produk craft kit dan upaya meningkatkan layanan pada konsumen melalui rekomendasi manajemen dan pembuatan website. Dampak kegiatan abdimas tersebut membuat Binar Calistung semakin percaya diri untuk mengembangkan bisnisnya, sehingga pada Juli 2022 lalu berhasil mendapatkan penghargaan pada program Business Incubation Program for Women-Owned MSMEs W20 Sispreneur. Dari penghargaan tersebut Binar Calistung mendapatkan bantuan dana untuk dapat mengembangkan bisnisnya. Melalui hal tersebut Binar Calistung membutuhkan dukungan akademisi dalam rangka mencapai roadmap bisnisnya. Secara umum solusi dan tahapan kegiatan pengabdian terbagi ke dalam tiga tahap, yaitu: (1) Tim 1 : Melakukan pengembangan desain weaving craft kit yang sudah ada untuk menciptakan originaitas produk; (2) Tim 2 :  Optimalisasi brand dengan mengembangkan packaging dan merchandise dari kit media belajar yang sudah ada; (3) Tim 3 : Melakukan analisa data media sosial Binar Calistung dalam upaya optimalisasi digital marketing. Keluaran yang diharapkan dari pengabdian masayarakat ini adalah : (1) Inovasi media belajar weaving craft kit yang bersifat original, (2) Peningkatan branding dengan penguatan packaging dan merchandise pada produk kit belajar, (3) Adanya rekomendasi pengembanagn optimalisasi digital marketing. Pada Jumat, 9 Desember 2022 telah dilakukan komunikasi dengan pihak mitra dalam upaya mempresentasikan hasil desain alat tenun yang sudah dibuat dan meminta timbal balik dari pihak mitra. Kegiatan ini dihadiri oleh Ibu Nani sebagai Founder dari Binar Calistung dan tentunya perwakilan dari tim Abdimas Kolaborasi Internal yaitu tim 1. Acara diawali dengan pembukaan dilanjutkan dengan pemaparan hasil rancangan desain yang akan digunakan untuk pengembangan produk Craft Kit Binar Calistung. Produk edukatif yang dihasilkan dinamakan: Milooan atau Mini Loom for Binar Calistung ini bertujuan untuk menstimulus motorik halus anak usia dini dalam upaya menningkatkan kemampuan menulis serta mengasah fitrah estetika dari target market Binar Calistung yang merupakan pengembangan dari produk Craft Kit sebelumnya. Luaran Akhir Abdimas untuk Binar Calistung Tim 1 yang merupakan tim dosen dari Kelompok Keahlian Media and Craftmanship (MEDCRAFT) Fakultas Industri Kreatif, merancang produk berupa pengembangan alat tenun dari media belajar edukatif berbasis kreatif (craft kit) yang sebelumnya merupakan hasil penelitian dari mahasiswa tugas akhir Aprillia Indah Permatasi bersama dosen pembimbing Ibu Morinta Rosandini. Hasil yang didapatkan oleh Tim 1 berupa prototipe pengembangan alat tenun pada craft kit untuk pembelajaran anak, yang ditampilkan dalam Gambar 2 berikut: Tim 2 yang juga juga berasal dari dosen dan mahasiswa Fakultas Industri Kreatif, Kelompok Keahlian Design Concept and Strategy (DECONSTRA), merancangan desain kemasan (packaging) dari prduk Miniloom. Desain ini merupakan pengembangan dari desain produk Craft Kit sebelumnya pada Abdimas pertama dengan Binar Calistung. Berikut merupakan hasil desain packaging yang sudah dirancang beserta kegiatan phoshoot untuk video campaign: Tim 3 yang juga berasal dari dosen dan mahasiswa Fakultas Rekayasa Industri, yang juga merupakan kolaborasi antara Prodi S1 Teknik Logistik dan Prodi S1 Teknik Industri, merekomendasikan beberapa usulan kebijakan berdasarkan analisis data yang dilakukan, antara lain: Proses pemasaran perlu fokus untuk memperkenalkan inovasi atau produk/layanan baru, untuk mendapatkan calon pelanggan yang sudah segmented, sudah bukan lagi memperkenalkan Startup Pendidikan Binar Calistung. Jika mempertahankan layanan lama, maka kelas gabungan (calistung) menjadi prioritas. Dengan adanya LMS, maka bisa memulai untuk memikirkan model bisnis baru, misalnya online learning video berbayar atau berbasis langganan (subscription) Untuk memperkuat engagement, kelas onsite bisa jadi menjadi pertimbangan dengan memperhatikan lokasi followers’ yang berpeluang besar menjadi customer. Pengabdian Masyarakat Kolaborasi Internal dengan Mitra Startup Pendidikan “Binar Calistung” oleh Ketua Pelaksana: Morinta Rosandini, S.Ds. M.Ds. Tim 1: Pengembangan Craft Kit pada Startup Pendidikan Binar Calistung Morinta Rosandini, S.Ds. M.Ds. Citra Puspitasari, S.Ds., M.Ds. M. Sigit Ramadhan, S.Pd., M.Sn. Salma Nur Azizah G.S Aghnia Fauzul Muslikhani Tim 2: Perancangan Packaging pada Media Belajar Kreatif pada Startup Pendidikan Binar Calistung Widia Nur Utami, S.Ds., M.Ds. Rima Febriani, S.Ikom., MAB. Dr. Fajar Ciptandi, S.Ds., M.Ds Maulida Nur Rachman Fani Khoirunnisak Nabilah Tim 3: Analisis Data Media Sosial Sebagai Upaya Peningkatan Layanan Konsumen Hardian Kokoh Pambudi, S.T., M.T., M.B.A. Dr. Femi Yulianti, S.Si., M.T., CPLM. Dr. Iphov Kumala Sriwana, ST., M.Si., IPM. Arifa Fadhillah Zahra Farah Hidayah Jamaludin
DETAIL
Des
20

Dosen dan Mahasiswa dari Prodi Kriya di Universitas Telkom Melakukan Kegiatan Pengabdian Masyarakat kepada Para Penenun Tradisional di Tuban

Sangat menarik ketika kita berkunjung ke Tuban, Jawa Timur dan menyempatkan diri untuk mampir ke sentra kain tradisional yang terdapat di Kecamatan Kerek. Perlu menempuh perjalanan sekitar 1 jam menggunakan mobil dengan sepanjang perjalanan melihat pemandangan sawah tada hujan, kebun jagung, dan kebun kacang sambil sesekali melihat para petani melintas sambil besepeda membawa sayuran dan rerumputan. Tuban sendiri diketahui telah sejak lama memiliki tradisi membuat kain tradisional yang dikenal dengan sebutan tenun gedog.  Tradisi ini diperkirakan sudah ada sejak sekitar abad ke-10 sebagaimana disebutkan dalam prasasti Biluluk II di Jawa.  Hingga saat ini tradisi membuat kain tenun gedog tersebut pun masih dilakukan oleh sebagian masyarakat perajin di Tuban tanpa banyak mengalami perubahan bentuk. Desain kain yang diciptakan oleh para pengrajin tenun gedog di Tuban saat ini masih mempertahankan karakteristik tradisionalnya yang memiliki kesan sangat kuat menyerupai kain primitif. Pada perkembangannya tradisi membuat kain tradisional tersebut pun kini turut dituntut untuk memberikan kebaruan dan inovasi baik pada bentuk maupun nilai. Menyikapi hal tersebut, upaya-upaya pengembangan kain tenun gedog pun telah dilakukan oleh dosen dari Prodi Kriya, Fakultas Industri Kreatif, Universitas Telkom Fajar Ciptandi pada tahun 2018 dengan membuat 5 buah desain struktur tenun gedog yang baru.  Akan tetapi inovasi tersebut masih berhenti pada sketsa / gambar rancangan desain kain tenun gedog dan beberapa buah sampel kain yang dikerjakan pada skala labolatorium saja.  Masyarakat perajin tenun gedog sendiri sebagai ujung tombak dari pelaksana tradisi tersebut belum secara aktif terlibat dalam mewujudkan inovasi tersebut. Melihat belum tepat sasarannya inovasi pada kain tenun gedog tersebut, maka tim dari prodi Kriya, Fakultas Industri Kreatif, Universitas Telkom yang terdiri dari dosen dan mahasiswa pun berinisiatif untuk melaksanakan kegiatan pengabdian masyarakat untuk meningkatkan keterampilan para pengrajin di Kerek tersebut agar mampu mewujudkan inovasi kain tenun gedog tersebut pada skala terpakai. Kegiatan pengabdian masyarakat ini terealisasi pada tanggal 19 dan 20 Oktober 2018 dengan tempat pelaksanaan workshop peningkatan keterampilan menenun gedog dengan para pengrajin dilaksanakan di workshop batik gedog Lestari Art, Dusun Kedungrejo, Kecamatan kerek, Kabupaten Tuban, Jawa Timur. Pengabdian masyarakat ini dilakukan dengan pendekatan eksperimentatif melalui berbagai percobaan untuk memberikan pendampingan kepada masyarakat perajin tenun gedog tradisional di Tuban.  Cara ini dilakukan dengan memberikan penugasan eksperimen kepada perajin tenun gedog dengan cara dikomunikasikan kepada masyarakat pengrajin hingga dapat menerima gagasan dan teknologi tersebut ke dalam tradisi mereka dengan mengelompokkan berdasarkan level keterampilannya, yaitu : inovator (mahir) dan pengadopsi awal (pengikut); serta dikelompokan pula berdasarkan level usianya, yaitu : usia muda antara 18 sampai 30 tahun, usia paruh baya antara 35 sampai 45 tahun, dan usia di atas 50 tahun.  Masing-masing kelompok level usia tersebut akan diberikan perlakuan yang sama agar menerapkan konsep desain yang telah diberikan dengan bertumpu kepada keterampilan, pengetahuan dan motivasi yang mereka miliki. Melalui kegiatan eksperimen tersebut telah menghasilkan beberapa sampel prototipe yang dapat diambil kesimpulan bahwa masyarakat pengrajin tenun gedog di Tuban memiliki kemampuan adaptasi yang baik dalam merespon inovasi yang diberikan dari luar.  Adapun beberapa contoh prototipe berupa kain hasil pengembangan keterampilan menenun, sebagai berikut: Solusi kegiatan pengabdian masyarakat yang telah dijalankan dalam bentuk pendampingan desain kepada masyarakat perajin tenun gedog tradisional di Tuban ini telah mampu mentransfer pengetahuan berupa inovasi desain kain tenun gedog yang telah dihasilkan oleh peneliti sebelumnya kepada masyarakat penenun gedog tradisional di Tuban.  Dengan demikian wujud inovasi pada kain tenun gedog tersebut bukan lagi hanya berupa konsep dan wacana saja, melainkan telah sampai pada tingkat aplikasi langsung oleh masyarakat perajin di Tuban.  Secara tidak langsung apa yang dilakukan tersebut dapat mendorong peningkatan permintaan kain tenun gedog, sehingga mampu menghidupkan kembali aktifitas menenun di Tuban.

DETAIL